Pesta Adat Mappanretasi Tahun 2016 Siap Digelar di Tanah Bumbu, Kalsel
Indonesia adalah negara dengan
beragam suku, budaya dan tradisi. Berkeliling Indonesia sembari menyaksikan
tradisi seperti upacara adat dapat menjadikan perjalanan Anda semakin berkesan.
Seperti halnya menyaksikan langsung upacara adat Mappanretasi di Kabupaten
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Upacara adat Mappanretasi diadakan
di Pantai Pagatan dan merupakan pantai indah
yang berada di ujung tenggara Kalimantan Selatan dan memanjang dari barat ke
timur sepanjang 1.5 kilometer. Untuk mencapainya dari Batulicin, ibu kota
Kabupaten Tanah Bumbu sekira 23 km atau sekira 5 jam perjalanan dari
Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan.
Ajang Tahunan Yang Menjadi Pelabuhan
Budaya Bagi Seluruh Suku Di Kabupaten Tanbu.
Sebuah acara tahunan di gelar warga
yang bertempat tinggal di pesisir Pantai Pagatan. Acara ini biasa dikenal
dengan istilah Mappanretasi (Pesta Laut). Mappanretasi merupakan sebuah upacara
adat Suku Bugis di Pantai Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Mappanretasi berasal dari bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata yaitu
Mappanre yang berarti memberi “makan” dan Tasi berarti “laut”. Jadi
Mappanretasi, artinya memberi makanan di laut.
Upacara adat ini dilaksankan secara
turun temurun oleh masyarakat setempat. Pesta laut ini dilaksanakan selama tiga
minggu di bulan April. Dan puncaknya dilaksanakan pada minggu terakhir di Bulan
April. Kegiatan ini dilaksanakan berkat kerjasama Pemerintah Daerah, Dinas
Pariwisata, Lembaga Adat Ogie yang berada di sekitar wilayah Pagatan. Biasanya
perayaan pesta laut ini dihadiri oleh Bupati, Kapolres beserta Unsur Muspida
dan lainnya. Selain itu, selama hampir tiga minggu, pantai Pagatan setiap sore
hingga malam hari sejak dibukanya acara pesta laut ini di padati oleh para
pegunjung, hingga berakhirnya pesta adat nelayan Pagatan terdapat pasar malam
yang menjadi primadona warga di pesisir pantai”
“Agenda wisata tahunan ini tujuannya
untuk memberi makan laut sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
atas hasil laut yang melimpah”, Para nelayan Suku Bugis yang tinggal di pesisir
pantai Pagatan, Tanah Bumbu menggelar upacara Mappanretasi atau memberi makan
laut dengan cara melarung sesajen sebagai wujud syukur atas hasil laut. Sesajen
tersebut berupa sesisir pisang Barengseng, nasi ketan warna putih, hitam,
kuning dan merah jambu yang melambangkan ke empat unsur yang ada di muka Bumi,
juga dilengkapi dengan ayam jantan hitam si Kadi dengan betina si Manis dan
pisang raja.
Sesajen tersebut mengiring ayam
berwarna hitam yang di bawa naik kapal nelayan yang telah disiapkan. Pemimpin
acara sakral selamatan laut atau biasa disebut Sandro. Sandro merupakan gelar
yang diperoleh secara turun temurun yang diperoleh melalui titisan leluhurnya
yang tidak dapat diambil alih oleh orang lain. Sandro mappanretasi didampingi
12 pengiring atau dayang yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 6 orang
laki-laki telah menunggu di atas kapal nelayan tersebut. Sandro yang mengenakan
(songko Recca) kopiah bugis Bone dan mengenakan pakaian adat Bugis
yang serba kuning memberi aba-aba agar kapal bertolak dari pantai menuju ke
titik di tengah laut yang telah ditentukan oleh sandro.
Malam sebelum prosesi selamatan laut
dilaksanakan sandro turun ke laut, semacam survey untuk menentukan titik
koordinat posisi yang tepat untuk selamatan laut tersebut. Menemukan titik
sakral di tengah laut tidaklah mudah, ibarat mengirim surat, kalau alamatnya
tidak jelas, maka surat tersebut tidak akan sampai menemukan titiknya pun harus
dengan menggunakan kontak batin ke alam gaib yang hanya bisa dilakukan oleh
sandro.
Setelah kapal sampai ke titik yang
telah ditentukan, puluhan kapal nelayan terlihat mengerubungi kapal yang
ditumpangi sandro untuk mengikuti pembacaan doa selamatan laut. Usai pembacaan
doa oleh sandro, ayam hitam yang telah disiapkan langsung dipotong dan dilepas
ke laut.