Tahun 2016, Diklat Bela Negara Masuk Kurikulum Pendidikan Nasional
Menteri Pertahanan
(Menhan), Ryamizard Ryacudu, merasa yakin pendidikan dan pelatihan (diklat)
bela negara yang sudah berjalan ditingkat Nasional ini banyak manfaatnya.
Selain untuk mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran sikap dan prilaku
menjunjung tinggi pentingnya aktualiasai negara, diklat bela negara ini
merupakan upaya membangun karakter yang menyadari akan hak dan kewajibannya.
"Selain itu, guna
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam menghadapi
multidimensionalitas ancaman yang membahayakan keutuhan wilayah dan keselamatan
bangsa," ujar Ryamizard usai menutup program Diklat Bela Negara tingkat
Nasional 2015, di Universitas Pertahanan, Sentul, Kabupaten Bogor, Rabu (18/11).
Lebih lanjut ia
menegaskan, ancaman terhadap sebuah negara saat ini, tidak lagi didominasi
ancaman militer, tetapi sudah multidimensi dan berada di semua bidang
kehidupan. Penanganannya tidak lagi hanya bertumpu pada TNI semata, akan tetapi
menjadi urusan kementrian/lembaga terkait. "Bahkan, juga menjadi urusan
setiap warga negara sesuai peran dan profesinya," ungkapnya.
Selain itu, kata
Ryamizard, pentingnya nilai-nilai bela negara ditanamkan pada lembaga
pendidikan formil, dengan memasukan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.
"Kita sudah
sampaikan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum bela negara ini
tahun depan diajarkan di setiap sekolah, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak,
Sekolah Dasar, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Tentunya bobot pengenalan
nilai-nilai bela negaranya beda dengan diklat bela negara tingkat nasional,
yang jelas bagaimana menimbulkan kebanggan menjadi anak bangsa, yang
menghormati bendera merah putih, mencintai negara dan itu semua penting
diterapkan sejak dini," ujarnya.
Ia mengatakan, menanam
sebuah pohon lebih bagus langsung dari bibitnya ketimbang dengan cara memotong
batangnya kemudian ditanam. "Justru yang bagus menanam itu dari bibit
kemudian jadi pohon yang tumbuh jadi kuat,” jelas jenderal bintang empat
purnawirawan TNI AD itu.
Sementara itu, Kepala
Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Bela Negara Kementerian Pertahanan,
Mayor Jenderal Hartind Asrin, menambahkan, pihaknya sudah mengusulkan ke
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Dirjen Pendidikan Tinggi
(Dikti) dan Kementerian Riset Teknologi (Kemristekdikti), agar tahun depan
program diklat bela negara sudah bisa diterapkan di semua tingkat pendidikan
formil.
"Jadi, nanti ada namanya
pelajaran diklat bela negara, di tingkat TK (Taman Kanak-kanak) kurikulumnya
sudah ada. Masuknya kurikulum bela negara di tingkat TK, karena long term
memorinya anak TK itu sangat bagus. Seperti di negara sahabat, seperti
Singapura, mereka sudah diperkenalkan dengan sistem pertahanan negara,
produk-produk alutsista, diajak menonton film tekait kondisi negara jika
diserang dan sedang berperang. Bagaimana cara berjuang," ungkapnya.
Nantinya, lanjut dia,
sifat pendidikan bela negara di tingkat TK itu, diupayakan sifatnya lebih
kepada jalan-jalan, bermain atau karyawisata.
"Begitupun dengan
di tingkat SD, pada prinsipnya kurikulum bela negara diterapkan tidak terlalu
satu arah. Permainan, diskusi dan pemecahan masalah. Jadi disini kita sudah
membahas bagaimana metodologi pengajarannya, baik tingkat TK, SD, SMP dan SMA
hingga tingkat perguruan tinggi,” tandasnya..
Ia memaparkan, alasan
harus segera dilaksanakan program diklat bela negara masuk dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, karena berkaitan erat dengan program revolusi mental
yang dicanangkan Presiden Jokowi.
"Nah dalam konteks
pertahanan implementasi revolusi mental adalah melalui bela negara,"
paparnya.
Sumber : http://www.beritasatu.com